bunuh diri


FENOMENA BUNUH DIRI DI MASYARAKAT KITA

Pendahuluan

Islam mendidik para pemeluknya untuk memegang tiket aqidah dan keyakinan yang tertanam dalam lubuk hati mereka. Sebagaimana Rasululah S.A.W dalam dakwahnya, yang menanamkan bibit tauhid dalam jiwa-jiwa kaumnya. Tidak sedikit dari mereka menerimanya. Kemudian, seiring dalam rentang waktu yang lumatan lama, baru Islam menurunkan kewajiban dan aturan gaya hidup seorang muslim yang sebenarnya. Itulah syariat yang menata kehidupan manusia untuk melaksanakan kemaslahatan di dunia ini.
Melihat realita zaman ini, dengan melemahnya iman yang tertanam dalam hati para kaum muslimin. Takdir hidup dan mati semuanya ada di tangan Allah. Adapun mengenai rizki, jabatan, keadaan, dan sebagainya juga termasuk dalam urusan Allah, tergantung bagaimana kita memberlakukan hidup dalam realitas. Allah tak akan menyia-nyiakan hambanya di tengah-tengah penderitaan yang tidak sebanding dengan kemampuan dirinya. Memang, tak selamanya kehidupan berjalan mulus seperti menelan jelly.
Kasus lama yang menimpa belahan jiwa di dunia, adalah bunuh diri. Bunuh diri dianggap solusi jitu dikalangan pelakunya, sebab lantaran problematika hidup yang selalu menggandrunginya. Hal ini menjadi salah satu pemicu merosotnya tarbiyah ruhiyah umat Islam

Realitas Bunuh Diri di Masyarakat

“ Bunuh diri adalah sebuah kasus kesehatan masyarakat yang luar biasa. Ada satu kasus bunuh diri setiap 40 detik – itu adalah jumlah yang besar,“ kata Shekhar Saxena, direktur kesehatan mental WHO.[1]
Istilah bunuh diri mungkin dapat dikatakan suatu tindakan jitu yang diyakini oleh pelakunya untuk mengakhiri jutaan problematika hidup, seperti kepahitan dan kebuntuan berpikir yang menimbulkan penderitaan lahir batin. Tidak sedikit para pelaku bunuh diri terserang suatu problem yang menimbulkan dirinya terus-terusan memikirkannya, berlanjut kepada pening, penat, gampang marah, gelisah dan berujung kepada stress dan depresi, sehingga berakhir kepada bunuh diri.
Orang bunuh diri dianggap orang yang memiliki mental rendah, sekalipun mereka para atletis handal, sekalipun mereka para ilmuwan handal. Bagaimana tidak? Toh hanya diberikan ujian dunia yang bersifat sementara, ia merasa lemah dna putus asa dalam mengendalikan dirinya.
Secara global, tingkat bunuh diri mengambil nominal tinggi di dunia. Ditemukan lebih dari 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab kedua kematian diantara orang berumur 15-29 tahun. Ada indikasi bahwa untuk setiap orang dewasa yang meninggal karena bunuh diri mungkin ada lebih dari 20 orang lain mencoba bunuh diri.[2]
Gejala bunuh diri di Indonesia menunjukkan grafik kenaikan. Kondisi ini bila dilihat secara ekonomi sekarang ini memang tidak kondusif untuk sebagian masyarakat. Tingginya angka pengangguran, kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok, kemiskinan, bencana alam, dan konflik horisontal, telah menyebabkan sebagian dari masyarakat kita mengalami kesulitan hidup. Dipihak lain, bagi mereka yang tidak mampu berusaha survival dan melakukan penyimpangan perilaku ditambah memiliki penguasaan eksternal yang rendah maka pilihan bunuh diri adalah yang paling mudah untuk dilakukan. Karena dengan bunuh diri dianggap persoalan hidup yang kurang menguntungkan bagi dirinya terselesaikan. Maka jadi wajar bila angka bunuh diri semakin meningkat ditengah alam ekonomi dan belenggu kemiskinan banyak memihak pada kaum yang mudah putus asa karena penguasaan eksternalnya lemah.[3]

Dalil berbicara

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu,” (QS. an-Nisa: 29).
Termasuk bagian dari syirik, perbuatan bunuh diri yang dapat menimbulkan Allah murka akan dirinya, dan tidak diampuni dosanya.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang bunuh diri dengan besi di tangannya, dia (akan) menikam perutnya di dalam neraka jahannam yang kekal (nantinya), (dan) dipertahankan di dalamnya. Dan siapa yang meminum racun lalu bunuh diri dengannya, maka (dia) akan meminumnya perlahan-lahan di dalam neraka jahannam yang tetap, (dan) dipertahankan di dalamnya. Dan barangsiapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari atas gunung, dia akan jatuh ke dalam neraka jahannam yang kekal (dan) dipertahankan di dalamnya selama-lamanya.
Dilansir dari berita “TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG -- Kapolda Lampung Brigadir Jenderal Ike Edwin membenarkan bahwa Kanit Resmob Polresta Bandar Lampung Inspektur Satu Syahir Perdana tewas karena bunuh diri. Ike menduga penyebab Kanit Resmob Polresta Bandar Lampung Inspektur Satu Syahir Perdana menembak kepalanya sendiri karena frustasi terhadap penyakitnya. Ike mengutarakan, Syahir mengidap penyakit yang tak kunjung sembuh.
Lagi, di Kabupaten Gunung Kidul (Yogyakarta) terkenal sebagai daerah yang memiliki angka bunuh diri anak dan remaja tertinggi di Indonesia. Untuk selama lima tahun terakhir, angka bunuh diri di kabupaten ini cukup tinggi. Menurut kepolisian setempat, sepanjang tahun 2011 terdapat 28 kasus peristiwa bunuh diri anak dan remaja. Menurut sumber Wahana Komunikasi Lintas Spesialis, persentase angka bunuh diri di kabupaten Gunung Kidul adalah sembilan kasus per 100.000 penduduk. Sebagai perbandingan, persentase angka bunuh diri di Jakarta hanya sekitar 1,2 kasus per 100.000 penduduk.
Secara khusus di kabupaten Gunung Kidul, dikenal istilah “pulung gantung”. Istilah ini merujuk pada kepercayaan setempat mengapa seseorang sampai melakukan bunuh diri. Diyakini, orang melakukan tindakan bunuh diri karena merasa memperoleh “pulung” atau “wahyu” berupa semacam tanda bintang dari langit di malam hari. Bintang ini berbentuk cahaya bulat berekor seperti komet, kemerah-merahan agak kuning dengan semburan biru. Bintang ini jatuh dengan cepat, menuju atau seolah-olah menuju, ke rumah (atau dekat rumah) si “korban” bunuh diri. Si korban akan melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri – dari sinilah imbuhan “gantung” itu berasal.[4]

Factor penyebab perilaku bunuh diri dan percobaan tindakan bunuh diri

Diantara factor yang menyebabkan terjadinya bunuh diri dan peercobaannya, adalah sebagai berikut: 
(a)    Timbulnya konflik batin dan peran antagonis yang berkecamuk dalam diri. Sehingga menyebabkan hilangnya harga diri dan kepercayaan diri. Orangnya merasa tidak aman, selalu diburu-buru oleh sesuatu pikiran atau perasaan yang tidak jelas, hingga ia merasa cemas dan takut. Dia lalu menjadi agresif, suka menyerang, bahkan ada yang berusaha membunuh orang lain, atau melakukan usaha bunuh diri (agresivitas ke dalam).
(b)   Komunikasi sosialnya terputus, dan ada disorientasi sosial. Timbul kemudian delusi-delusi[5] yang menakutkan: atau dihinggapi delusi of grandeur (merasa dirinya super, paling). Selalu iri hati dan curiga. Ada kalanya dihinggapi delusion of persecution atau khayalan dikejar-kejar. Sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan, atau melakukan destruksi-diri dan bunuh diri.
(c)    Ada pasien yang menjadi hyperaktif, sehingga mengganggu sekitarnya; bahkan bisa berbahaya bagi lingkungannya. Pasien lain menjadi catatonic yaitu kaku membeku, dikombinasikan dengan membisu, dan stupor (separuh sadar, membeku tanpa penginderaan), sampai menjadi hebefrenic atau ketolol-tololan. Selanjutnya, oleh rasa panik hebat, dia bisa membunuh orang lain atau melakukan bunuh diri.
(d)   Ada gangguan intelektual dan gangguan emosional yang serius. Penderita mengalami ilusi-ilusi optis, halusinasi-halusinasi berat dan delusi.
(e)    Timbulnya emosi yang tidak tepat; selalu mereaksi berlebih-lebihan (overracting) atau underreacting, kurang mereaksi. Berusaha selalu melarikan diri dalam dunia fantasi; yaitu dalam pseudo-community atau masyarakat semu yang diciptakan dalam khayalan. Dia merasa aman dalam dunia fantasinya. Orang luar dihukum dan dihindari, sebab mereka itu dianggap “berdosa, kotor dan jahat.” Maka realitas sosial yang dihayati menjadi kacau-balau. Juga kehidupan batinnya menjadi kalut-kusut, dan kepribadiannya pecah berantakan.[6]
Di samping timbulnya factor yang telah disebutkan di atas, merupakan problematika bagi umat islam sendiri dan hari ini,yang merupakan bagian dari dekadensi gaya hidup umat muslim. Tidak sedikit para generasi muda yang terkontaminasi oleh maraknya kebudayaan modern. Bahkan yang tua ikut-ikutan. Salah satu akarnya adalah agama dijadikan sebagai sebuah budaya. Padahal agama adalah keyakinan kuat dalam diri seseorang. Agama disebut dalam segi bentuk yang dapat mempengaruhi manusia. Jelas tidak benar agama dikategorikan sebagai kebuadayaan. 

Upaya pencegahan bunuh diri

            Upaya pencegahan terhada bunuh diri, seharusnya dapat diatasi oleh kalangan manusia yang sadar akan labelitas tindakan terlarang ini. Factor kerabat dan orang terdekat lainnya begitu menentukan dan mempengaruhi sang korban bunuh diri. Sebab, psikis seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SURABAYA - Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf mengajak masyarakat memperbanyak kegiatan zikir. Tujuannya agar suasana hati menjadi tenang, damai, dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. "Kegiatan zikir ini sangat penting, agar manusia tetap tabah dan tidak mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri," tegasnya, Minggu (3/1/2016). Menurut Gus Ipul, fenomena banyaknya orang bunuh diri memang harus disikapi serius.[7]
Dari pengakuan ajakan gubernur Jawa Timur yang membawa pada nurani yang tenang dan bersih dapat dijadikan solusi terbaik dan memberikan dampak positif dalam setiap langkah kehidupan seseorang untuk meminimalisir kejadian bunuh diri. Diantara tindakan lain diantaranya;
1.      Kembali kepada ‘ulumuddin yang akan membimbing menuju jalan yang lurus
2.      Mampu memahami dan merealisasikan tujuan hidup seorang manusia yang berakal, dengan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pegangan hidup, serta mendahulukan prioritas seorang diri. Sehingga dapat mengendalikan emosi hidup.
3.      Mencari solusi jitu pada orang bijak di sekitar untuk menghilangkan perasaan yang berkecamuk
4.      Senantiasa bersyukur pada nikmat Allah dan sabar terhadap musibah yang melandanya, setra berpikir optimis
5.      Berfikir panjang dalam benak individual, bahwa dampak apa yang akan kita lalui setelah bunuh diri. Hal ini berkaitan erat dengan persoalan aqidah dan keyakinan, bahwa secara nalar, bunuh diri tidak akan pernah menumpas kegundahan dan kebuntuan berfikir. Nantinya seseorang akan ditanya dan menjumpai alam baru setelah dunia.

Penutup

            Kesimpulan
Bunuh diri menjadi problematika utama dikalangan masyarakat, apalagi bagi umat islam. Semakin meloyonya tingkat keimanan mereka yang memicu pada tragedy bunuh diri. Dengan itu, kembali pada ajaran islam adalah solusi utama, dengan meningkatkan kadar keimana.


[2] Preventing Suicide, A global imperative, Key messages, World Health Organization (WHO), (t.t.p., t.p. t.t)
[3] EXECUTIVE SUMMARY, PENELITIAN INDIVIDU ANOMALI JIWA: FENOMENA BUNUH DIRI PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL, Dra. Khodijah M.Si
[4] Bunuh Diri di Kalangan Anak dan Remaja Indonesia, Abdur Rozaki, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Peneliti IRE (Institute for Research and Empowerment)
[5] ilusi yang keliru, khayalan yang tidak benar.
[6] EXECUTIVE SUMMARY, PENELITIAN INDIVIDU ANOMALI JIWA: FENOMENA BUNUH DIRI PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL, Dra. Khodijah M.Si

Komentar

Postingan populer dari blog ini

wadhih ad-Dalalah

HUKUM MENIKAHI DUA PEREMPUAN BERSAUDARA SECARA BERSAMAAN

Bagaimana Kita Tahu Terjadi Dislokasi Tulang Belakang?