3 Unsur yang mempengaruhi kesuksesan
3 unsur yang mempengaruhi kesuksesan
Kalimat indah
dalam kitab al-Fawa-id, karya ulama besar, Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah:
إذا طلع نجم الهمّة في ظلام ليل البطالة وردفه العزيمة أشرقت أرض القلب بنور
ربّها
“Jika telah
muncul bintang kemauan di kegelapan malam keberanian dan bulan kemauan (yang kuat turut
mengiringinya), maka bumi hati akan senantiasa diterangi oleh cahaya Rabbnya.”
Dapat kita simpulkan di sini, terdapat tiga unsur yang
mendorong kita mencapai sebuat tangga yang bernama kesuksesan. Tiga unsur di
sini ialah; himmah, batholah dan ‘azimah.
Untuk mendapatkan sesuatu, maka yang pertama adalah
kemauan, di dalamnya ada pengorbanan yang dipenuhi dengan badai, karang yang
terjal dan debu yang mengiris mata. Tidak ada sebuah pencapaian dicapai dengan
mulus layaknya jalan tol di seberang sana. Tidak semudah layaknya makan jelly
yang langsung telan tanpa dikunyah... pengorbanan yang begitu perih meyakinkan
kita untuk selalu berjalan di atas kemauan demi menggapai sebuah “kesuksesan”. Sebab,
derajat kemuliaan dimulai dari sebuah kemauan yang kuat.
Sebagaimana ketika orang mukmin yang berdoa mengharap
kepada Rabbnya untuk memiliki generasi yang bertakwa, disebutkan dalam
firman-Nya, QS. Al-Furqan: 74
“Wahai Rabb
kami, anugerahkan kepada kami dari istri-istri kami dan anak keturunan kami
sebaagai penyejuk qalbu dan jadikanlah kami sebagai panutan bagi orang-orng
yang bertakwa.”
Himmah memang
bisa padam bisa juga terang. Melihat terjal yang siap menghadang. Melihat sebuah
fatamorgana, bagai air yang disangka api. Untuk ini, maka dibutuhkan sebuah
keberanian, unsur kedua. Jika kemauan kokoh bak pondasi sebuah menara yang
tinggi menjulang ke langit, maka muncul unsur yang ketiga ini, al-‘Azimah, semangat
yang kuat….
Ketika ketiga
unsur ini tertanam dalam sanubari ini, maka dengan kehendak Allah menuju yang
terbaik, niscaya terbukalah jalan menggapai kesuksesan.
إذا صدق العزم وضع السّبيل
Karena sebuah kejujuran akan meraih manisnya mangga yang
ranum. Begitu pula dengan semangat dan kemauan yang kuat, niscaya Allah beri
solusi yang terbaik.
Disebutkan dalam Firman-Nya, QS. Al-‘Ankabut: 69
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ المُحْسِنِينَ
Saudaraku seiman, tiga unsur pedoman ini bisa kita genggam erat-erat. Kalau
kita menengok sejarah orang yang mendapatkan kemuliaan, kebanyakan bukanlah
meraka orang yang melimpah ruah hartanya. Tapi tiga unsur ini tidak melihat
dari faktor ekonomi dan sebagainya. Karena itu, sebuah karunia tersendiri bagi
ornag-orang yang teguh. Bahkan, yang menakjubkan di kalangan ulama banyak di
antara mereka bekas budak atau orang fakir miskin, yatim dan papa akan harta
yang melimpah. Said bin musayyab, seorang sahabat yang ekonominya jauh dari
barometer tingkat tinggi. Ia menjadi sosok ulama yang dikagumi.
Tatkala khalifah Sulaiman bin Abdul ‘aziz meminta fatwa kepada Imam ‘Atho’,
seorang pakar dan panutan fiqih di zamannya. Khalifah Sulaiman lalu bertanya
kepada anaknya, “Wahai anakku, siapa gerangan oang yang aku ajak bicara tadi?”
anaknya enggan menjawab lantaran tidak tahu. Kata sulaiman kembali, “Dialah seorang
mufti besar Masjidil Haram bekas budak!”.
Yang sebelumnya ‘Atho’ ini memang memiliki kronologi sebagai budak tiada
harga, dengan semangatnya yang tinggi, ia mendapatkan ilmu-ilmu yang
menggiringnya sebagai sosok yang disegani, seorang Mandat mufti Masjidil Haram
di zamannya.
Ada lagi, seorang pelopor mazhab yang terkenal, dialah Imam Asy-Syafi’i. Sebagai
imam panutan fiqih bagi umat Islam bangsa Indonesia. Huwa nasya-a yatii-man
wa faqiiran. Dia hidup sebagai anak yatim dan hidup bersama ibunda tercinta
dalam kondisi faqir. Dengan semboyannya
membangun semangat juang bagi umat Islam
همتي همَّة ُ الملوكِ ونفسي
|
نَفْسُ حُرٍّ تَرَى الْمَذَلَّة َ كُفْرَا
|
Jadi, jangan bangga jadi anak seorang pejabat. Anak dari sosok orang tua
yang terhormat, berpendidikan formal yang tinggi. Karena iman tak dapat diwarisi.
Banggalah menjadi diri sendiri yang tak selalu bergantung pada mutiara dan
ceceran koin emas. Jadilah mutiara dengan himmah, batholah dan ‘azimah bagi
diri anda dan semuanya.....
Berikut nasyid penyemangat untuk jati diriku, kamu dan semua!!!
*** Penyaduran Klasik dari Untaian Nasehat saudariku..
Usth. Hijry Nur Fauziyyah, S.Pd.I
Komentar