MERAIH CINTA YANG AGUNG DAN HAKIKI
MERAIH CINTA YANG AGUNG DAN HAKIKI
Oleh: Fatihah Qurrota A’yun Dinillah
Keberadaan
syariat islam tak lain hanyalah memberikan dan mendatangkan kemaslahatan
(manfaat) serta mencegah kerusakan yang dapat menimbulkan segala hal yang tidak
diinginkan. Mendatangkan kamaslahatan setidaknya seseorang bisa mengendalikan
dirinya dari nafsunya supaya menahan dan
tidak membahayakan serta menyakiti selainnya. Maka, sudah jelas bagi kita bahwa
semakin banyak manfaat yang kita tanamkan, semakin bertambah pula kecintaan
Allah kepada kita, tentunya hal yang bermanfaat itu memiliki unsur yang tidak
menyebabkan Allah murka, bukan sebaliknya.
Menjadi
manusia normal tentunya memiliki rasa mencintai dan ingin dicintai. Barangkali
hadir dari sahabat, orang tua, kawan atau bahkan kekasih. Merupakan sebuah
argument yang memberikan kenyamanan dan ketentraman satu sama lain apabila
didapati keterkaitan hati yang sama, saling mengerti dan memahami satu sama
lain, bahkan saling berkorban satu diantara mereka untuk mendapatkan harapan
yang diiinginkan, baik secara lahiriyah maupun bathiniyah. Menjadi sebuah keagungan
dan kemuliaan ketika seorang hamba meraih mahabbah (kecintaan) dari sang
Khaliq seluruh alam. Sebab, di dalamnya terdapat sebuah anugrah yang terbesar
dan suatu kemuliaan yang tak tertandingi jika kita mendapatkan cintanya Allah
di banding cinta manusia.
Cinta Allah Terhadap Hamba-Nya
Ibnu
Qayyim Al Jauziyyah menyebutkan di dalam kitabnya, Madarij As- Salikin,
kunci utama dalam ibadah adalah mahabatullah. Apabila cinta telah
tercurah sepenuhnya kepada Allah, maka seorang hamba tidak akan mau mencintai
selain Allah. Ketika cinta sudah mendarah daging dan hanya tercurah kepada
Allah beserta hal yang dicintainya – seperti mencintai nabi, rasul, malaikat,
dan para kekasih-Nya, maka cinta kita kepada mereka adalah untuk menyempurnakan
cinta kita kepada Allah. Tidak ada cinta lain selain kepada-Nya. Bukan seperti
cintanya orang- orang yang mencinta kepada selain Allah. Jika cinta kepada
Allah adalah hakikat ibadah, maka hal itu hanya akan bisa direalisasikan dengan
mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, perfektif sebuah amal
berawal dari ruh rasa cinta yang murni, sehingga kebaikan dan iman akan tumbuh
menjalar sesuai dengan yang lurus. Sedangkan orang yang
tidak memiliki rasa cinta kepada Allah berarti ia beribadah secara tidak ikhlas.
Merupakan hakikat yang nyata bagi
seorang hamba yang mencintai Rabbnya dan termasuk sifat ubudiyah seorang
hamba terhadap Rabbnya dengan menjalankan segala apa yang diperintahkan dan
menjauhi segala hal yang dilarang-Nya yang direalisasikan berdaraskan keimanan
yang tinggi dan murni. Allah berfirman:
(QS.
Al- Baqarah:165)
وَالَّذِينَ
آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“ Dan orang- orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah”.
Ibnu
Katsir di dalam tafsirnya (1/317),
menyebutkan bahwa karena kecintaan mereka kepada Allah dan kesempurnaan
mengenai diri-Nya serta pengesaan mereka kepada- Nya, mereka tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sebaliknya mereka hanya beribadah
kepada-Nya semata, bertawakkal kepada-Nya, da kembali kapada-Nya dalam segala
urusan mereka.
Di
dalam firman-Nya,
(QS. Ali Imran: 31)
قُلْ إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)
“
Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kamu (benar- benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa- dosamu. Dan Allahlah Maha
pengampun lagi Maha penyayang”.
Ibnu
Katsir menyebutkan di dalam tafsirnya (2/36), kalian akan mendapatkan sesuatu
yang lebih dari kecintaan kalian kepada-Nya, yaitu kecintaan-Nya kepada kalian,
dan ini lebih besar daripada kecintaan kalian kepada-Nya. Imam Al- Hasan Al-
bashri dan beberapa ulama’ salaf berkata: “ Ada suatu kaum yang mengaku
mencintai Allah, lalu Allah menguji mereka melalui ayat ini, kemudia Dia
melanjutka firma-Nya pada ayat yang sama, yang intinya adalah dengan
mengikutinya kalian kepada Rasulullah, maka kalian akan memperoleh hal tersebut
(pengampunan dosa) berkat kaberkahan perantara-Nya (Rasul-Nya)”.
Ini
menjadi bukti yang nyata bahwa kita sering mengaku-ngaku mencinta Allah dan
begitu memiliki harapan besar terhadap meraih cintanya Allah. Akan tetapi
secara realita, banyak diantara kita lupa, bahkan lalai atau enggan untuk
menerapkan apa yang disyariatkan-Nya dan apa yang menjadi sunnah Rasul.
Diantara
sebab yang mendatangkan cinta Allah terhadap hambanya yaitu hendaknya seorang
hamba selalu membaca KalamNya dengan sepenuh hati dan bermunajat, menyingkirkan
segala hal yang membuat murkaNya dengan lebih mementingkan cinta-Nya disbanding
cinta saat dikalahkan oleh bisikan nafsu, serta diiringi dengan selalu
beristighfar kepada-Nya. Sementara kadar cinta seorang hamba terhadap Rabbnya
dapat dibuktikan dengan sikap hamba yang selalu Ridho dan bersyukur akan
keputusan Allah yang diberikan dan senantiasa husnudzan akan segalanya pasti
memiliki jalan pintas yang lebih baik. Sebab, bukti tanda cinta Allah terhadap
hamba-Nya bukan hanya sekedar memberikan nikmat yang melimpah ruah, melainkan
dengan memberikan ujian seberapa besar dan kuat ia akan menghadapinya dengan
tulus ikhlas.
Buah Keistimewaan Cinta Allah
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda,
ثلاث من كنّ فيه وجد بهنّ حلاوة الإيمان من
كان اللهُ ورسوله أحبّ إليه ممّا سواهما أن يحبّ المرء لا يحبّه إلاّ لله و أن
يكره أن يعود في الكفر بغد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النّار. ((رواه
البخاري))
“ Tiga perkara, barang siapa yang
apabila tiga perkara ini ada padanya, maka dia akan mendapatkan manisnya iman,
yaitu: hendaknya Allah dan Rasul- Nya lebih dia cintai daripada (cintanya
kepada) selain keduanya, dia mencintai seseorang dan tidak mencintainya
melainkan karena Allah, dan dia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam
api neraka.” (HR. Bukhari)
Rasulullah juga bersabda,
إذا أحبّ الله عبداً نادى جبريل إنّي أحببتُ
فلاناَ فأحبّه قال فينادي في السّماء ثمّ تنزل له المحبّة في أهل الأرض
“
Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril
seraya berfirman, “ Aku mencintai si fulan ini, maka kasihilah dia.” Kemudian Jibril berseru di langit dan
menurunkan cinta kepada seluruh penduduk bumi.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah juga banyak menyebutkan di dalam firman-Nya, diantaranya:
وَاللَّهُ
يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (146)
“…Allah
mencintai orang- orang yang sabar” (QS. Ali Imran: 146)
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (42(
“ … Ssungguhnya Allah mencintai orang- orang yang
berbuat adil.” ( QS. Al- Maidah: 42)
Sebenarnya banyak cinta Allah yang tidak kita hiraukan
setiap saat. Hal ini semoga menjadi hikmah bagi kita semua, hamba-Nya yang
selalu melalaikan-Nya, diantaranya dDialah yang masih memberikan kita rasa Iman
dan Taaqwa, memberikan rizki yang melimpah ruah, menempatkan kita bersama
orang- orang yang kita kasihi, bahkan masih menyelamatkan kita dari orang-
orang zalim. Sebenarnya tanpa kita sadari, Dia telah menberikan ruh hdan jasad
yang sempurna kepada kita supaya kita senantiasa bersyukur. Dan bukan berarti
Allah benci terhadap orang- orang yang cacat, memer juga diberi keistimewaan
yang tentunya tidak dimiliki o;eh selainnya, melalui realita tersebut Allah
mengujinya supaya selalu sabar dan syukur terhadap apa yang dihadapinya.
Ikhwah sekalian, yakinlah bahwa Allah akan
senantiasa menberikan cinta dan kasih kepada kita selagi kita masih konsisten
untuk tidak menyekutukan-Nya dan menjalankan segala perintah- Nya serta
senantiasa berusaha menghindari hal- hal yang mengundang murka-Nya. Wallahu
a’lam bish shawaab.
|
Referensi:
-Tafsir Ibnu Katsir (terjemah), jilid I dan II,
cet:3 Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2011
-Madarij As- Salikin (terjemah versi PDF), Ibnu
Qayyim Al- Jauziyyah
-Menjadi Manusia Paling Dicintai, Dr. ‘Imad ‘Ali
‘Abdussami’ Husain, cet: I. Solo: Samudera, 2009
-Tamasya di Kota Cinta, Dr. Ihab Fuad, Solo: Insan
Kamil: 2009
-Quantum Cinta, Dr. Majdi Al- Hilali, Solo: Insan
Kamil, 2008
|
MERAIH CINTA YANG AGUNG DAN HAKIKI
Oleh: Fatihah Qurrota A’yun Dinillah
Keberadaan
syariat islam tak lain hanyalah memberikan dan mendatangkan kemaslahatan
(manfaat) serta mencegah kerusakan yang dapat menimbulkan segala hal yang tidak
diinginkan. Mendatangkan kamaslahatan setidaknya seseorang bisa mengendalikan
dirinya dari nafsunya supaya menahan dan
tidak membahayakan serta menyakiti selainnya. Maka, sudah jelas bagi kita bahwa
semakin banyak manfaat yang kita tanamkan, semakin bertambah pula kecintaan
Allah kepada kita, tentunya hal yang bermanfaat itu memiliki unsur yang tidak
menyebabkan Allah murka, bukan sebaliknya.
Menjadi
manusia normal tentunya memiliki rasa mencintai dan ingin dicintai. Barangkali
hadir dari sahabat, orang tua, kawan atau bahkan kekasih. Merupakan sebuah
argument yang memberikan kenyamanan dan ketentraman satu sama lain apabila
didapati keterkaitan hati yang sama, saling mengerti dan memahami satu sama
lain, bahkan saling berkorban satu diantara mereka untuk mendapatkan harapan
yang diiinginkan, baik secara lahiriyah maupun bathiniyah. Menjadi sebuah keagungan
dan kemuliaan ketika seorang hamba meraih mahabbah (kecintaan) dari sang
Khaliq seluruh alam. Sebab, di dalamnya terdapat sebuah anugrah yang terbesar
dan suatu kemuliaan yang tak tertandingi jika kita mendapatkan cintanya Allah
di banding cinta manusia.
Cinta Allah Terhadap Hamba-Nya
Ibnu
Qayyim Al Jauziyyah menyebutkan di dalam kitabnya, Madarij As- Salikin,
kunci utama dalam ibadah adalah mahabatullah. Apabila cinta telah
tercurah sepenuhnya kepada Allah, maka seorang hamba tidak akan mau mencintai
selain Allah. Ketika cinta sudah mendarah daging dan hanya tercurah kepada
Allah beserta hal yang dicintainya – seperti mencintai nabi, rasul, malaikat,
dan para kekasih-Nya, maka cinta kita kepada mereka adalah untuk menyempurnakan
cinta kita kepada Allah. Tidak ada cinta lain selain kepada-Nya. Bukan seperti
cintanya orang- orang yang mencinta kepada selain Allah. Jika cinta kepada
Allah adalah hakikat ibadah, maka hal itu hanya akan bisa direalisasikan dengan
mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, perfektif sebuah amal
berawal dari ruh rasa cinta yang murni, sehingga kebaikan dan iman akan tumbuh
menjalar sesuai dengan yang lurus. Sedangkan orang yang
tidak memiliki rasa cinta kepada Allah berarti ia beribadah secara tidak ikhlas.
Merupakan hakikat yang nyata bagi
seorang hamba yang mencintai Rabbnya dan termasuk sifat ubudiyah seorang
hamba terhadap Rabbnya dengan menjalankan segala apa yang diperintahkan dan
menjauhi segala hal yang dilarang-Nya yang direalisasikan berdaraskan keimanan
yang tinggi dan murni. Allah berfirman:
(QS.
Al- Baqarah:165)
وَالَّذِينَ
آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“ Dan orang- orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah”.
Ibnu
Katsir di dalam tafsirnya (1/317),
menyebutkan bahwa karena kecintaan mereka kepada Allah dan kesempurnaan
mengenai diri-Nya serta pengesaan mereka kepada- Nya, mereka tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sebaliknya mereka hanya beribadah
kepada-Nya semata, bertawakkal kepada-Nya, da kembali kapada-Nya dalam segala
urusan mereka.
Di
dalam firman-Nya,
(QS. Ali Imran: 31)
قُلْ إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)
“
Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kamu (benar- benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa- dosamu. Dan Allahlah Maha
pengampun lagi Maha penyayang”.
Ibnu
Katsir menyebutkan di dalam tafsirnya (2/36), kalian akan mendapatkan sesuatu
yang lebih dari kecintaan kalian kepada-Nya, yaitu kecintaan-Nya kepada kalian,
dan ini lebih besar daripada kecintaan kalian kepada-Nya. Imam Al- Hasan Al-
bashri dan beberapa ulama’ salaf berkata: “ Ada suatu kaum yang mengaku
mencintai Allah, lalu Allah menguji mereka melalui ayat ini, kemudia Dia
melanjutka firma-Nya pada ayat yang sama, yang intinya adalah dengan
mengikutinya kalian kepada Rasulullah, maka kalian akan memperoleh hal tersebut
(pengampunan dosa) berkat kaberkahan perantara-Nya (Rasul-Nya)”.
Ini
menjadi bukti yang nyata bahwa kita sering mengaku-ngaku mencinta Allah dan
begitu memiliki harapan besar terhadap meraih cintanya Allah. Akan tetapi
secara realita, banyak diantara kita lupa, bahkan lalai atau enggan untuk
menerapkan apa yang disyariatkan-Nya dan apa yang menjadi sunnah Rasul.
Diantara
sebab yang mendatangkan cinta Allah terhadap hambanya yaitu hendaknya seorang
hamba selalu membaca KalamNya dengan sepenuh hati dan bermunajat, menyingkirkan
segala hal yang membuat murkaNya dengan lebih mementingkan cinta-Nya disbanding
cinta saat dikalahkan oleh bisikan nafsu, serta diiringi dengan selalu
beristighfar kepada-Nya. Sementara kadar cinta seorang hamba terhadap Rabbnya
dapat dibuktikan dengan sikap hamba yang selalu Ridho dan bersyukur akan
keputusan Allah yang diberikan dan senantiasa husnudzan akan segalanya pasti
memiliki jalan pintas yang lebih baik. Sebab, bukti tanda cinta Allah terhadap
hamba-Nya bukan hanya sekedar memberikan nikmat yang melimpah ruah, melainkan
dengan memberikan ujian seberapa besar dan kuat ia akan menghadapinya dengan
tulus ikhlas.
Buah Keistimewaan Cinta Allah
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda,
ثلاث من كنّ فيه وجد بهنّ حلاوة الإيمان من
كان اللهُ ورسوله أحبّ إليه ممّا سواهما أن يحبّ المرء لا يحبّه إلاّ لله و أن
يكره أن يعود في الكفر بغد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النّار. ((رواه
البخاري))
“ Tiga perkara, barang siapa yang
apabila tiga perkara ini ada padanya, maka dia akan mendapatkan manisnya iman,
yaitu: hendaknya Allah dan Rasul- Nya lebih dia cintai daripada (cintanya
kepada) selain keduanya, dia mencintai seseorang dan tidak mencintainya
melainkan karena Allah, dan dia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam
api neraka.” (HR. Bukhari)
Rasulullah juga bersabda,
إذا أحبّ الله عبداً نادى جبريل إنّي أحببتُ
فلاناَ فأحبّه قال فينادي في السّماء ثمّ تنزل له المحبّة في أهل الأرض
“
Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril
seraya berfirman, “ Aku mencintai si fulan ini, maka kasihilah dia.” Kemudian Jibril berseru di langit dan
menurunkan cinta kepada seluruh penduduk bumi.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah juga banyak menyebutkan di dalam firman-Nya, diantaranya:
وَاللَّهُ
يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (146)
“…Allah
mencintai orang- orang yang sabar” (QS. Ali Imran: 146)
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (42(
“ … Ssungguhnya Allah mencintai orang- orang yang
berbuat adil.” ( QS. Al- Maidah: 42)
Sebenarnya banyak cinta Allah yang tidak kita hiraukan
setiap saat. Hal ini semoga menjadi hikmah bagi kita semua, hamba-Nya yang
selalu melalaikan-Nya, diantaranya dDialah yang masih memberikan kita rasa Iman
dan Taaqwa, memberikan rizki yang melimpah ruah, menempatkan kita bersama
orang- orang yang kita kasihi, bahkan masih menyelamatkan kita dari orang-
orang zalim. Sebenarnya tanpa kita sadari, Dia telah menberikan ruh hdan jasad
yang sempurna kepada kita supaya kita senantiasa bersyukur. Dan bukan berarti
Allah benci terhadap orang- orang yang cacat, memer juga diberi keistimewaan
yang tentunya tidak dimiliki o;eh selainnya, melalui realita tersebut Allah
mengujinya supaya selalu sabar dan syukur terhadap apa yang dihadapinya.
Ikhwah sekalian, yakinlah bahwa Allah akan
senantiasa menberikan cinta dan kasih kepada kita selagi kita masih konsisten
untuk tidak menyekutukan-Nya dan menjalankan segala perintah- Nya serta
senantiasa berusaha menghindari hal- hal yang mengundang murka-Nya. Wallahu
a’lam bish shawaab.
|
Referensi:
-Tafsir Ibnu Katsir (terjemah), jilid I dan II,
cet:3 Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2011
-Madarij As- Salikin (terjemah versi PDF), Ibnu
Qayyim Al- Jauziyyah
-Menjadi Manusia Paling Dicintai, Dr. ‘Imad ‘Ali
‘Abdussami’ Husain, cet: I. Solo: Samudera, 2009
-Tamasya di Kota Cinta, Dr. Ihab Fuad, Solo: Insan
Kamil: 2009
-Quantum Cinta, Dr. Majdi Al- Hilali, Solo: Insan
Kamil, 2008
|
Komentar